Tafsir
Islam, Agama Moderat
Salah
satu program pemerintah saat ini adalah penguatan moderasi beragama. Program
ini telah dan terus diadakan dengan tujuan mencipatakan masyarakat Indonesia
yang saling bertoleransi terhadap
perbedaan agama, suku, Bahasa dan lain sebagainya, hidup berdampingan secara
damai dan memiliki komitmen kebangsaan yang kuat. Program ini harus kita dukung
dengan melaksanakan peran kita masing-masing, sehingga pemerintah berhasil dalam
menciptakan masyarakat yang penuh kemaslahatan. Dengan artikel ini, penulis
berkehendak untuk memberikan kontribusi pemikiran tentang Islam sebagai agama
yang moderat.
Ditinjau
dari sisi ajaran, Islam adalah agama yang moderat, yakni agama yang mengajarkan
umatnya untuk berprilaku yang memperhatikan hak-hak diri, hak-hak orang lain,
dan alam sekitarnya. Tak satupun ajaran Islam yang mengandung kezaliman
terhadap diri, orang lain dan alam semesta. Hal ini dapat dilihat, misalnya,
dalam Q.S. al-A‘raf (7): 56: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan setelah
diciptakan dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap.
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat
kebaikan.” Kemoderatan agama Islam itu juga terlihat dalam hadis yang
diriwayatkan oleh al-Bukhori dan Muslim. Dalam hadis ini disebutkan bahwa Anas
ibn Malik bercerita bahwa tiga kelompok sahabat Nabi Saw bersilaturrahim kepada
beliau. Mereka kemudian ditemui oleh istri beliau. Para sahabat tadi lalu
bertanya tentang ibadah Nabi Saw. Dijawablah petanyaan tersebut oleh istri
beliau dengan panjang lebar. Mendengar jawaban tersebut, mereka berkata, “Di
manakah posisi kami bila dibandingkan dengan Rasulullah? Beliau sangat rajin
beribadah padahal semua kekhilafannya, baik yang telah berlalu maupun yang akan
datang, telah diampuni oleh Allah SWT.” Salah satu di antara mereka berkata,
“Mulai hari ini saya akan shalat malam dan tidak tidur.” Sahabat lain berkata,
“Mulai saat ini saya akan berpuasa sepanjang tahun (kecuali pada hari-hari yang
diharankan berpuasa).” Sahabat yang lain lagi mengatakan, “Saya akan menjauhkan
diri dari kaum wanita dan tidak akan menikah (artinya, semua waktu digunakan
untuk shalat, puasa, berzikir dll.).” Tidak lama kemudian datanglah Rasulullah
seraya bersabda, “Sungguh saya telah mendengar semua yang kalian katakana. Ketahuilah, wahai para
sahabatku, sesungguhnya saya adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian
kepada Allah. Saya juga orang yang paling takut terhadap siksaan Allah. Namun,
saya ini melakukan shalat malam, tetapi juga tidur, karena mata itu memiliki
haknya. Saya berpuasa hari ini dan besok berbuka (tidak berpuasa), karena badan
itu memiliki haknya yang harus dipenuhi, dan saya juga menikahi wanita-wanita.
Barang siapa yang tidak suka dengan sunnahku (yakni sikap moderat), maka dia
bukan dari golonganku.” Membaca cerita ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Nabi
Muhammad Saw mengajarkan umatnya untuk beragama dan berprilaku secara moderat,
tidak ekstrem, yakni dengan cara memperhatikan hak-hak yang ada. Berdasarkan
hadis tersebut di atas, al-Imam Fakhr al-Din al-Razi (Mafatih al-Ghayb, 1:
258), ketika menafsirkan kata al-shirath al-mustaqim (jalan yang lurus)
dari Q.S. al-Fatihah: 6: “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus!”, dia
mengatakan bahwa kata tersebut berarti ‘garis/jalan tengah antara sikap
berlebihan dan sikap sembrono dalam berprilaku’.
Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa agama Islam adalah agama yang moderat sejak diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Meskipun demikian, sebagian umat Islam bisa saja tidak moderat dalam berprilaku. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, misalnya ketidakpahaman atau kesalahpahaman terhadap teks-teks keagamaan, faktor politik, faktor sosial, faktor ekonomi dan lain-lain. Penulis berharap, semoga saudara-saudara yang tidak moderat dalam berprilaku dapat kembali ke ajaran Islam yang sejati, yang sebenarnya. Dari kajian singkat ini, penulis juga ingin mengatakan bahwa program pemerintah terkait penguatan moderasi beragama sangat sesuai dengan Islam.
Terbit di KR, Jumat 15 Desember 2023
Komentar (0)
Tidak ada komentar